Assalamu'alaikum^^
Hi, friends. Semoga belum terlalu basi untuk ngucapin "Selamat Idul Fitri". Mohon maaf lahir dan batin, ya!
Di bulan Ramadan tahun ini, sepertinya warga Indonesia nggak cuma diuji dengan rasa haus dan lapar, tapi diuji juga dengan kejadian-kejadian yang makin mencengangkan. Tiap hari tuh adaaa aja berita baru yang bikin ekspresiku kayak logo Kumon. Mulai dari berita tentang korupsi, pengesahan RUU TNI, IHSG anjlok, efisiensi anggaran, PHK massal, sampai kasus perselingkuhan.
Untungnya, setelah Ramadan kita dihibur dengan beberapa film yang sedang tayang. Lumayan nih kita bisa rehat sejenak mikirin kondisi negara. Tapi kenapa kita repot-report mikirin negara, ya? Emangnya negara mikirin kita? (Lalu tiba-tiba ada penjual mie ayam di depan rumahku, ninu ninuuu 🚨🚓)
Nah, dari beberapa film yang tayang, aku cuma tertarik nonton film Jumbo. Aku baru sempat menonton film ini pada tanggal 13 April di CGV Transmart. Maklum ya, jadwal manggungku di luar angkasa lumayan padat.
Ternyata penontonnya kebanyakan orang dewasa. Sepertinya target pasarnya memang inner child dari para millenial dan Gen Z, wkwk.
Jumbo adalah sebuah film petualangan fantasi animasi. Salah satu genre kesukaanku nih! Film ini menceritakan tentang seorang anak yatim piatu berusia 10 tahun bernama Don. Dia tinggal bersama neneknya (Oma) yang super baik dan soft-spoken. Sebelum meninggal, ayah dan ibunya membuat buku dongeng untuk Don berjudul Pulau Gelembung. Dia sering 'tampil' di depan teman-temannya membacakan dongeng tersebut, sampai temen-temennya bosan.
Don dijuluki 'Jumbo' karena badannya gempal. Dia juga sering diremehkan. Teman-temannya nggak mau ngajak dia main karena dia dianggap lelet. Bahkan ada satu anak bernama Atta yang sering banget merundung Don. Untungnya ada Nurman dan Mae yang setia main bareng Don through ups and downs.
![]() |
Nurman, Don, dan Mae |
Saat itu akan diadakan festival di kampung mereka. Mendapat dukungan dari Nurman, Mae, dan Oma, akhirnya Don berani mendaftar di pentas seni pada festival tersebut dan berniat akan membacakan dongengnya. Atta iri karena Don akan tampil, lalu Atta merebut buku dongeng Don.
Kemudian Don, Nurman, dan Mae berkumpul di markas mereka. Tiba-tiba muncul Meri, roh anak kecil yang meminta bantuan kepada mereka untuk mencari orang tuanya. Akhirnya, mereka membuat perjanjian. Don akan membantu Meri asalkan Meri membantu Don untuk mengambil buku dongengnya dari Atta, serta membantu Don untuk tampil di pentas seni. Petualangan seru pun dimulai!
Kurang lebih begitulah sinopsisnya.
Setelah menonton film ini, hatiku rasanya hangat banget. Rasanya persis saat pertama kali menonton Petualangan Sherina dan Laskar Pelangi. Aku juga terharu karena nggak nyangka para animator Indonesia bisa bikin film animasi sekeren ini.
Ada beberapa hal yang kusuka dari film ini:
Pertama, storyline-nya bagus dan ringan. Bener-bener cocok untuk semua umur. Anak kecil bakal paham sama alurnya, dan orang dewasa bakal terhibur sama ceritanya.
Kedua, latarnya tahun 2000, yang artinya Don dan teman-temannya lahir tahun 1990-an. Uniknya, latar dan tahun kelahiran mereka nggak disebut secara eksplisit di film, melainkan berdasarkan cocoklogi netizen. Bang Ryan selaku sutradara juga sudah mengonfirmasi bahwa hal tersebut memang benar. That's why anak-anak di film ini pada main kasti dan excited pas ada festival, karena saat itu belum ada gadget canggih. Kalau mereka lahir tahun 2015, mungkin mereka pada mabar Mobile Legends dan lebih nyaman main di kamar, hehe. Pantes aja banyak millennial yang relate sama film ini. Vibe-nya tuh khas era 2000-an awal, pas lagi seru-serunya main di luar rumah dan belum ketergantungan sama teknologi.
Ketiga, adanya character development. Contohnya, Don sebagai pemeran utama adalah anak yang sering dirundung. Tapi dia bukan anak yang super baik tanpa cela—justru dia egois dan nggak mau mendengarkan orang lain. Tapi lama-lama dia sadar juga kalau sikapnya salah dan dia mulai berusaha buat berubah.
Begitu juga dengan Atta, anak yang sering merundung Don. Dia sebenarnya bukan anak yang sepenuhnya nakal—malah dia baik banget sama abangnya dan perhatian ke kucing jalanan. Pada akhirnya, dia juga sadar kalau perbuatannya salah dan berteman sama Don.
Menurutku, ini lebih realistis daripada membuat karakter utama yang super baik dan terus-terusan menderita, atau membuat karakter jahat yang kelakuannya bikin setan minder.
Keempat, soundtrack-nya bagus banget! Aku paling suka lagu 'Selalu Ada di Nadimu'. Baik versi Mbak BCL maupun Prince Poetiray & Quinn Salman, keduanya sama-sama earworm and I can't stop humming it. Laleilmanino emang nggak pernah gagal sih tiap nyiptain lagu. Uniknya, lirik lagu ini nggak memiliki pengulangan, dan huruf awal dari tiap barisnya, kalau dibaca dari atas ke bawah bakal ngebentuk kalimat 'Kami Akan Selalu Ada di Nadimu'.
![]() |
Lirik lagu 'Selalu Ada di Nadimu' |
Oh ya, ada beberapa fakta menarik tentang film Jumbo:
- Film ini digarap selama 5 tahun dengan arahan sutradara Ryan Adriandhy. Aku pertama kali 'kenal' Bang Ryan dari serial Malam Minggu Miko. Kupikir beliau aktor biasa, ternyata animator luar biasa!
- Film ini merupakan karya kolaborasi lebih dari 400 pekerja kreatif di Indonesia, yang terdiri dari musisi, visual artist, animator, penulis naskah, dan technical engineer.
- Beberapa artis terkenal menjadi pengisi suara di film ini, seperti Ariel Noah, Bunga Citra Lestari, Angga Yunanda, Cinta Laura, Rachel Amanda, Aci Resti, dan beberapa artis lain. Bahkan kambing-kambing Nurman aja diperankan oleh artis sekelas Angga Dwimas Sasongko (Mbek), Chicco Jerikho (Mbeek), dan Ganindar Bimo (Mbeeek).
- Karakter Nurman dibuat Bang Ryan sebagai bentuk penghormatan terhadap tokoh Mahar (Almarhum Verrys Yamarno) di film Laskar Pelangi. Pantes aja vibe Nurman mirip sama Mahar.
Overall, aku beri nilai 10/10 untuk film ini! Lucu, seru, dan haru—semuanya dikemas menjadi satu.