Well, postingan di 2025 akan kuawali dengan membahas restaurant dan makanan.
Selain jalan-jalan, hobiku adalah makan. Alhamdulillah yah, Allah memberiku anugerah berupa badan yang tetap langsing walau aku doyan makan, wkwk.
Nah, bulan lalu, ada restaurant yang baru buka di Mataram, namanya Bono Bistro. Sejak awal, aku sudah tertarik untuk ke sini karena desain interiornya keliatan fancy. Dominasi warna coklat kayu dengan aksen forest green di beberapa bagian, ditambah dengan lampu-lampu vintage ala kerajaan, bikin suasananya makin estetik. Udah kebayang bakal secakep apa kalau foto-foto di sini.
Menunya juga menarik dan mendapat review positif dari beberapa food vlogger. Harganya pun affordable. Wow, makin penasaran dong! Pas banget, kemarin Akbar (sobat kulinerku sejak 2011) mengajakku makan di sini. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengiyakan.
Lokasinya di Jalan Maktal No. 8, Cakranegara. Tagline restaurant ini adalah Indonesian Fusion Restaurant, yang artinya mereka menggabungkan bahan-bahan, teknik memasak, atau cita rasa dari masakan Indonesia dengan elemen masakan internasional untuk menciptakan rasa yang unik dan inovatif.
Saat baru datang, seorang waiter membukakan pintu, lalu mengarahkan kami ke meja kosong sambil memberikan buku menu. Sesuai ekspektasi, suasananya cozy.
Kalau kata Meta AI, arti tulisan ini adalah: "Kumpulkanlah jiwa-jiwa pemberani untuk pesta yang layak bagi para raja." |
Aku memesan Bono Maranggi Rice dan Lychee Ice Tea. Sedangkan Akbar memesan Bono Saikoro Daun Jeruk dan Sea Salt Latte. Harga tiap menu nggak lebih dari IDR 50K.
Sekitar 10 - 15 menitan, semua menu sudah disajikan di meja. Dari tampilannya sih keliatan enak, ya. Akan kubahas rasanya satu per satu.
Bono Maranggi Rice (IDR 48K)
Awalnya, kupikir Maranggi yang dimaksud adalah Sate Maranggi khas Sunda, ternyata bukan. Daging yang digunakan tipis, teksturnya empuk, dan benar-benar effortless untuk dikunyah. Rasanya memang mirip sate, ada hint manis, tapi tanpa rasa smokey. Pendampingnya adalah saus kacang yang rasanya nggak overpowered, pas banget sama dagingnya. Kemudian pendamping lainnya adalah Fried Enoki. Meskipun agak keasinan, tapi enokinya renyah. Sayurnya enak, nggak terlalu oily, dan rasanya pas. Ada clear soup juga yang menurutku keasinan. Overall, rating-nya 4/5.
Bono Saikoro Daun Jeruk (IDR 50K)
"Saikoro" berasal dari bahasa Jepang yang artinya "dadu". Di menu ini, dagingnya dipotong dadu dan diberi sambal daun jeruk. Dagingnya lembut dan melting di mulut. Aroma daun jeruknya bikin rasanya makin fresh. Sambalnya juga nggak terlalu pedas, cocok untuk kaum yang lambungnya sensitif kayak aku, hehe. Rating-nya 4/5 juga.
Lychee Ice Tea dan Sea Salt Latte (IDR 30K dan IDR 35K)
Rasanya fine sih, but nothing special |
Overall, experience yang kudapat positif. Pelayanan, makanan, dan ambience-nya sudah bagus. Semoga bisa dipertahankan, atau bahkan ditingkatkan. Mungkin one day aku bakal ke sini lagi untuk mencoba menu yang lain.
Untuk di-post di Instagram Story, xixi |