Rabu, 25 September 2013
11.00 WITA
Terburu-buru aku melepas helm dan menaruhnya di jok motor. Sebuah pesan singkat dari ketua tingkat yang mengatakan bahwa dosen sudah masuk membuatku berlari kecil menuju kelas. Ah, aku tak suka terlambat.
Pintu kelas yang letaknya di lantai satu itu tertutup. Aku mengetuknya pelan, kemudian membukanya. Sebuah senyum lebar menyambutku. Ya, senyum Pak Dosen. Aku menyukai senyumnya. Senyumnya hangat, ditambah lagi dengan tatapannya yang teduh. Usianya boleh dibilang sudah tua, tetapi beliau terlihat sepuluh tahun lebih muda dari usianya. Bisa jadi karena beliau suka tersenyum.
Aku membalas senyumnya. Sejenak aku melihat keadaan di dalam kelas. Gotcha! Ada sebuah kursi kosong di deretan depan. Aku paling tidak suka duduk di kursi belakang, apalagi kalau mata kuliahnya berhubungan dengan matematika seperti saat ini. Ya, kuliah hari ini Matematika Diskrit. Mata kuliah 3 SKS yang dibimbing oleh seorang dosen bergelar Dr dan M.Si.
Kulihat papan tulis. Ternyata Pak Dosen sudah menulis beberapa contoh soal terkait materi Logika Matematika, materi yang paling kusukai sejak masih SMA.
Setelah menulis, Pak Dosen duduk dan kemudian mengaitkan materi Logika Matematika dengan kehidupan sehari-hari. Pak Dosen ini memang pandai bercerita dan ceritanya selalu berhasil membuat kami tertawa. Dan entah kenapa, tiba-tiba pembahasannya mengarah ke masalah cinta, pacar, dan juga pernikahan.
"Dulu waktu masih kuliah, saya itu punya banyak pacar. Kalau kalian nggak percaya, kalian tanya aja sama dosen-dosen yang dulu seangkatan sama saya," ucap Pak Dosen.
"Kalian juga begitu. Harus punya pacar! Jangan cuma punya satu, cari yang banyak," lanjutnya lagi.
"Ya ampun, Pak. Satu aja nggak punya, gimana mau punya banyak," celetuk seorang teman yang duduk tepat di sampingku, membuat Pak Dosen dan teman-teman yang lain tertawa.
"Kenapa saya menyuruh Anda semua untuk nyari pacar yang banyak? Karena kalau kalian punya pacar banyak, untungnya juga banyak. Salah satunya kalian bisa memanfaatkan materi Logika Matematika ini," sahutnya lagi.
"Nah, kamu kan ganteng, coba deh kamu manfaatkan kegantenganmu untuk nyari pacar yang cantik-cantik. Inget to, jangan cari satu, cari yang banyak!" kata Pak Dosen sambil menunjuk temanku yang bernama Rio.
"Nah, kamu juga, kamu harus pacaran sama cowok yang ganteng. Jangan cuma satu! Mesti yang banyak!" lanjut Pak Dosen, kali ini sambil menunjukku.
Aku tertawa. Teman-temanku menyenggolku dan kemudian menyebutkan beberapa nama cowok yang sekiranya bisa menjadi pacarku. Ah, sial.
"Kalau misalnya pacar kita tau kita punya pacar lain, gimana?" tanya seorang temanku kemudian.
"Ya nggak apa-apa kalau ketauan. Kalau nanti pacarnya nanya : 'Kamu pilih dia atau aku?', kamu jawab aja : 'Aku pilih dia dulu, baru aku pilih kamu'. Kalau dia nanya : 'Kamu pilih aku atau pilih dia?', kamu jawab aja : 'Aku pilih kamu dulu, baru aku pilih dia'. Pemanfaatan disjungsi, kan?" tutur Pak Dosen.
Kami semua tertawa. Jawaban yang menggunakan salah satu materi dalam Logika Matematika, yaitu disjungsi.
"Pesan saya, jangan kasih kesetiaan kalian sepenuhnya sama pacar. Jangan terlalu setia deh pokoknya, terutama yang cewek, jangan setia sama cowok kalian karena cowok itu pembohong!"
"Kok gitu, Pak?" tanya ketua tingkat yang kebetulan cowok.
"Lah iya, cowok itu emang suka bohong. Contohnya Bapak-Bapak. Kalau liat cewek cantik, pasti dalem hati bilang cantik, tapi pas ngomong malah bilang lebih cantik istrinya di rumah. Padahal jelas-jelas cantikan cewek yang lagi diliat. Istrinya di rumah paling lagi pake daster yang sobek, rambutnya berantakan," jawab Pak Dosen.
Kami semua tertawa.
"Cewek itu biasanya cuma mau keliatan cantik pas lagi di luar, kalau di rumah pasti berantakan. Nah, kamu misalnya, mungkin kamu keliatan cantik pas di kampus aja, kalau di rumah jangan-jangan pake baju sobek semua," kata Pak Dosen, dan lagi-lagi sambil menunjukku.
Teman-teman yang lain tertawa, dan aku manyun seketika.
Selanjutnya Pak Dosen membahas mengenai teknik melamar.
"Jadi, nanti yang cowok punya banyak pacar kan. Kalian pilih pacar kalian yang paling cantik, lamar dia. Kalau dia nggak mau, ya nggak apa-apa. Pilih lagi dari pacar-pacar kalian yang paling cantik, dan lamar dia. Begitu seterusnya."
Kami tertawa. Honestly, kalau aku pasti tak akan mau diperlakukan seperti itu. Semua wanita pasti ingin menjadi yang pertama dan satu-satunya. Benar, kan?
Selanjutnya Pak Dosen menjelaskan beberapa hal terkait materi hari ini. Sebelum mengakhiri perkuliahan, Pak Dosen kembali membahas mengenai pernikahan dan menceritakan kisah seorang mahasiswinya. Cerita yang sedikit miris dan pastinya akan kujadikan pelajaran agar lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan saat sudah menjadi seorang istri nantinya.
Sebelum keluar kelas, Pak Dosen berkata,"Ingat apa yang saya bilang tadi, jangan terlalu setia sama pacar. Kasih kesetiaan kalian ke pacar itu cuma 1%. Agar total kesetiaan kalian 100%, berarti kalian harus punya 100 pacar!"
Kami tertawa lagi. Dalam hati aku bergumam,"Kenapa harus punya 100 kalau satu saja sudah bisa membuat bahagia." Haha.
Tepat pukul 13.30 WITA. Perkuliahan Matematika Diskrit pun berakhir. Kami keluar kelas sambil tersenyum dan pastinya sambil berpikir.
Dan entah bagaimana, aku pun langsung memikirkan bagaimana aku lima atau sepuluh tahun lagi. Tentu aku berharap agar masa depanku sesuai dengan ekspektasi :)
kalau dosennya kayak gini mahasiswa betah di kelas. tapi yang terpenting materinya tersampaikan dengan baik dan mahasiswanya bisa ngerti sama materinya.
ReplyDeletesesat ya dosennya. hahaha
ReplyDeletetapi justru yang sesat2 yang bakal selalu teringat :)
wah saran dosennya boleh juga tuh. Tapi saya kok nggak dapet-dapet ya hehehe
ReplyDeletePak dosennya punya blog nggak. Aku mau minta ilmunya hehehe
ReplyDeletepengen deh punya dosen seperti itu
ReplyDeletecie yang 1 udah cukup buat bahagia u,u
ReplyDelete