Sebagai calon pakar matematika *aamiin ya Allah*, saya mau sedikit share tentang matematika. Hehe
Jadi artikel ini pernah saya ikutkan dalam lomba bertemakan APLIKASI MATEMATIKA (kira-kira begitulah. lupa-lupa inget *sambil garuk hidung saya yang mancung*).
Dan alhamdulillaaaaah artikel saya meraih juara 1 tingkat provinsi. Hihi
Judul artikel saya itu
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut dan mendorong pertumbuhan pendidikan di Indonesia. Salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika.
Secara bahasa (lughawi), kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “mathema” yang artinya hal-hal yang dipelajari. Bagi orang Yunani, matematika tidak hanya meliputi pengetahuan mengenai angka dan ruang, tetapi juga mengenai musik dan ilmu falak (astronomi). Nasoetion menyatakan bahwa “matematika” berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “manthenein” yang artinya mempelajari. Orang Belanda, menyebut matematika dengan “wiskunde”, yang artinya ilmu pasti. Sedangkan orang Arab, menyebut matematika dengan “ilmu al hisab”, artinya ilmu berhitung.
Matematika memang sangat berperan dalam kehidupan kita sehari-hari. Hampir semua bidang studi menggunakan matematika sebagai alat bantu dalam memecahkan masalah. Terutama masalah yang membutuhkan perhitungan. Mempelajari matematika memang wajib bagi semua orang, terutama umat Islam yang memang diwajibkan untuk selalu menuntut ilmu, termasuk mempelajari matematika.
Ada pepatah yang mengatakan, “Jika ingin mengenal suatu bangsa, maka kuasailah bahasanya.” Maksud dari pepatah ini adalah ketika kita ingin memahami atau berdialog dengan suatu bangsa, maka kuasailah bahasa yang digunakan. Jika ingin berdialog dengan orang Inggris, gunakanlah bahasa Inggris. Jika ingin berdialog dengan orang Jepang, gunakanlah bahasa Jepang. Jika ingin menguasai Al-Qur’an, maka kuasailah bahasa Arab. Jika ingin memahami atau berdialog dengan alam semesta, jagat raya, dan isinya, kita juga harus menguasai bahasanya yaitu MATEMATIKA.
Al-Qur’an sebagai sumber segala sumber hukum dalam Islam dengan sangat jelas menyatakan bahwa segala sesuatu dalam alam semesta ini diciptakan dengan ukuran tertentu (qadr). Qadr secara matematik dapat diartikan sebagai aturan, rumus, atau formula. Jadi segala sesuatu di alam semesta ini ada aturannya, ada rumusnya, dan ada formulanya yang sangat rapi dan seimbang . Dalam surat Al-Mulk ayat 3, umat Islam justru diperintahkan untuk memperhatikan kesimbangan aturan di alam semesta ini. Selain itu, Al-Qur’an berulang kali menggunakan kata “Afala ta’qilun”, “afala tatafakkarun”, “afala tubshirun”, dan “afala tasma’un” sebagai perintah bagi umat Islam untuk mempelajari alam semesta. Namun, bagaimana umat Islam akan mampu mempelajari kesimbangan alam semesta jika tidak menguasai bahasanya, yaitu MATEMATIKA.
Cobalah perhatikan tata surya. Perhatikan bentuk matahari, bumi, bulan, serta planet-planet yang lain. Semuanya berbentuk bola. Perhatikan bentuk lintasan bumi saat mengelilingi matahari, demikian juga lintasan-lintasan planet lain saat mengelilingi matahari. Lintasannya berbentuk elip. Lihatlah keteraturan garis edar dan periode evolusinya. Berdasarkan fakta ini, tidaklah salah jika kemudian pada sekitar tahun 1200 Masehi, Galilio Galilie mengatakan “Mathematics is the language with wich God created the universe”. Melalui penelitian dan penelaahan yang mendalam terhadap fenomena alam semesta, ilmuwan pencetus Teori Big Bang, yaitu Stephen Hawking akhirnya mengikuti ungkapan Galilio dengan mengatakan “Tuhanlah yang menciptakan alam dengan bahasa itu (Matematika)”.
Jika kita melihat ke dalam Al-Qur’an, maka kita tidak akan terkejut atau mungkin akan mengatakan bahwa ungkapan Galilio ataupun Hawking adalah basi. Sekitar 600 tahun sebelumnya, Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan secara matematis. Perhatikan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Qamar ayat 49 yang artinya “Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. Semua yang ada di alam ini ada ukurannya, ada hitungan-hitungannya, ada rumusnya, atau ada formulanya.
Al-Qur’an yang merupakan kalam Allah juga berbicara matematika. Al-Qur’an berbicara tentang bilangan, aljabar, geometri, pengukuran, serta statistika. Al-Qur’an berbicara aljabar, yakni relasi dan operasi bilangan. Relasi bilangan dalam matematika meliputi relasi lebih dari, kurang dari, lebih dari, dan sama dengan. Operasi bilangan dalam Al-Qur’an meliputi operasi penjumlahan, pengurangan, dan pembagian. Operasi perkalian disebutkan secara tersirat sebagai penjumlahan berulang.
Selain itu, ada indikasi bahwa matematika digunakan oleh Allah SWT untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an. Keajaiban Al-Qur’an dari sisi matematika telah banyak diteliti oleh matematikawan Muslim, misalnya Rasyad Khalifah yang menyatakan bahwa ada rahasia di balik jumlah pengulangan kosa kata dalam Al-Qur’an. Beliau mengulas kata Bismillahirrahmaanirrahiim yang terdiri dari 19 huruf. Selanjutnya, jumlah bilangan kata-kata Basmalah yang terdapat dalam Al-Qur’an walaupun berbeda-beda namun keseluruhannya habis terbagi oleh angka 19. Perinciannya adalah sebagai berikut :
1. Kata ism dalam Al-qur’an sebanyak 19 kali.
2. Kata Allah dalam Al-Qur’an sebanyak 2.698 kali yang merupakan perkalian 142 x 19
3. Ar-Rahmaan dalam Al-Qur’an sebanyak 57 = 3 x 19
4. Ar-Rahiim dalam Al-Qur’an sebanyak 114 = 6 x 19
Tanpa kita sadari, Allah telah merancang Al-Qur’an sedemikian rupa dengan sangat menakjubkan dan tentunya penuh dengan operasi matematika.
Berdasarkan fakta di atas, dapat dikatakan bahwa Al-Qur’an dan hadits juga menjelaskan berbagai jenis pengaplikasian ilmu matematika dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dalam agama Islam, misalnya saja :
1. Dalam hal berzakat fitrah. Ketentuan tiap satu orang atau satu jiwa untuk mengeluarkan zakat adalah 2,5 kg atau 3,1 liter. Misalnya satu keluarga terdiri dari 5 orang, berarti harus mengeluarkan zakat sebesar: 5 x 2,5 kg = 12,5 kg atau 5 x 3,1 liter = 15,5 liter. Dalam hal ini menggunakan operasi penjumlahan atau perkalian.
2. Berkaitan dengan masalah faraidh atau masalah yang berkenaan dengan pengaturan dan pembagian harta warisan bagi ahli waris menurut bagian yang ditentukan dalam Al-Qur’an. Untuk pembagian harta warisan perlu diketahui lebih dahulu berapa jumlah semua harta warisan yang ditinggalkan, berapa jumlah ahli waris yang berhak menerima, dan berapa bagian yang berhak diterima ahli waris. Berkenaan dengan bagian yang berhak diterima oleh ahli waris, Al-Qur’an menjelaskan dalam surat An Nisa’ ayat 11, 12, dan 176. Ketentuan bagian yang berhak diterima oleh ahli waris disebut furudhul muqaddarah. Terdapat enam macam furudhul muqaddarah, yaitu :
Untuk dapat memahami dan dapat melaksanakan masalah faraidh dengan baik maka hal yang perlu dipahami lebih dahulu adalah konsep matematika yang berkaitan dengan bilangan pecahan, pecahan senilai, konsep keterbagian, kelipatan persekutan terkecil (KPK), dan konsep pengukuran yang meliputi pengukuran luas, berat, dan volume.
Contoh : Seseorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris yaitu suami, bapak, dan ibu. Harta warisan sebesar Rp 180.000,00. Berapa bagian masing-masing?
Jawab :
KPK = 6
Suami = ½ x 6 = 3
Bapak = 1/6 x 6 = 1
Ibu = 1/3 x 6 = 2
3 + 1 + 2 = 6
Suami = ½ x Rp 180.000,00 = Rp 90.000,00
Bapak = 1/6 x Rp 180.000,00 = Rp 30.000,00
Ibu = 1/3 x Rp 180.000,00 = Rp 60.000,00
Rp 90.000,00 + Rp 30.000,00 + Rp 60.000,00 = Rp 180.000,00
Dapat dilihat, perhitungan di atas menggunakan KPK, operasi perkalian, dan operasi penjumlahan.
Berdasarkan contoh-contoh pengaplikasian matematika tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika tidak hanya berfungsi dalam kegiatan yang bersifat umum, namun juga sangat dibutuhkan dalam hal-hal yang mengarah ke ketentuan-ketentuan agama Islam. Sangat jelas maksudnya, kita sebagai makhluk yang beragama harus mau mempelajari matematika karena dengan mempelajari matematika kita akan mendapatkan banyak manfaat. Perlu diketahui, sebaik-baik manusia adalah yang dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri, orang lain dan juga lingkungannya.
Ada sebuah hadits yang mengatakan, “Segala sesuatu pasti ada jalannya, tetapi jalan menuju surga adalah dengan menuntut ilmu”. Oleh karena itu, marilah mulai dari sekarang kita bertekad untuk terus menuntut ilmu, sebagai wujud cinta kita kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
dan masih banyak lagi...
ReplyDeletesemangat menuntut ilmu.
lebih saya spesifik'an ke urusan agama :D
ReplyDeleteoke sippp !
Alhamdulillah ... Jadi terbuka pikiran sy trhadap matematika, makasihhh
ReplyDelete